Pemaparan dengan Storytelling ?
Setelah beberapa kali menjadi narasumber di workshop dan seminar, ada momen momen yang bagi saya, audience tiba tiba tertarik dengan yang saya jabarkan. yaitu ketika menampilkan data. Untuk lebih memahami kenapa audience tiba tiba tertarik dengan yang saya jabarkan, saya mencoba nyari course yang menjelaskannya yaitu Menyajikan data dengan storytelling. kenapa saya mencari course dengan tema tersebut, karena saya pikir ada momen “awe” momen “waow” yang saya rasakan ketika saya menjabarkan tentang sebuah fakta fakta tertentu dalam bentuk data. Di course yang saya tonton pada dasarnya untuk membuat audience tertarik itu kita harus membuat audience untuk “care” atau peduli terhadap pemaparan kita. Lalu bagaimana cara membangun “kepedulian” audience terhadap pemaparan kita, salah satunya adalah membuat pemaparan kita dalam bentuk cerita yang relevan dan personal.
1. Membuat Data Relevan dan Personal
Untuk menarik perhatian audiens, pertama-tama kita harus membuat data relevan dengan kehidupan mereka. Data yang paling kuat adalah data yang dapat dikaitkan dengan pengalaman pribadi bagi pembicaranya atau sesuatu yang penting bagi audiens.
Misalnya audience saya beberapa waktu lalu adalah guru guru BK di SMK Karanganyar. saya hubungkan dengan kisah saya yang sangat personal bagi saya bagaimana guru BK SMA saya sangat berperan dalam perubahan saya bertahun tahun ke depan. yang mana hal itu dapat 2 jackpot personal bagi saya sebagai pembicara dan sesuatu yang relevan bagi audience yang seorang guru BK SMK dimana mereka sering melakukan bimbingan konseling terhadap anak didik mereka. Dengan begitu, audiens mulai terhubung dengan topik secara emosional. Jika koneksi emosional sudah terbentuk maka lebih mudah untuk menyampaikan data, atau grafik grafik lanjutan untuk makin memperdalam pembahasan yang mau dibahas selanjutnya.
Di course yang saya liat juga menjabarkan untuk menyampaikan sebuah cerita tuh apa harus ada ACT 1, ACT 2 dan ACT 3, seperti storytelling pada umumnya. Nah ini yang belum kurinci dengan baik dalam beberapa workshop ku atau belum textbook banget lah kalau pengalaman ku sebagai pembicara sebelumnya. Baiknya kita bikin ACT 3 atau pesan apa yang ingin disampaikan di akhir sebuah pemaparan. Nah di workshop saya bersama guru BK sebenarnya inti utamanya adalah AI dapat membantu guru BK untuk melakukan konseling dengan lebih cepat dan lebih baik mengcover lebih banyak siswa juga mempermudah kerjaannnya guru BK. dari beberapa tujuan itu lah kemudian dibuat ACT 2 (Bagian Tengah) dan ACT 1 (permulaan) dibentuk dalam sebuah slide atau cerita apa yang hendak disampaikan dalam sebuah pemaparan.
2. Struktur Cerita: Permulaan, Tengah, dan Ending
Teknisnya…. storytelling yang efektif memiliki struktur yang jelas: permulaan, tengah, dan akhir. Dimulai dengan pengenalan masalah atau pertanyaan yang akan dipecahkan (permulaan), diikuti dengan analisis data dan penyajian konflik (tengah), dan diakhiri dengan kesimpulan atau pesan utama yang ingin disampaikan (akhir).
Permulaan: Mulailah dengan anekdot atau cerita yang menggugah. Misalnya, ceritakan tentang paman Anda yang sukses, seorang PNS dengan keluarga yang bahagia. Suatu ketika, ia mulai terjerat dengan judi online, yang perlahan mengubah hidupnya. Ini adalah konflik yang menarik perhatian audiens dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka.
Tengah: Setelah membangkitkan minat audiens dengan cerita pribadi, lanjutkan dengan data yang relevan. Tunjukkan bagaimana judi online telah memengaruhi kehidupan banyak orang, dan berikan angka-angka yang menggambarkan dampak negatifnya. Jangan hanya menyajikan angka, tetapi hubungkan angka tersebut dengan kisah nyata yang bisa membuat audiens merasa bahwa angka-angka itu tidak hanya statistik, tetapi mencerminkan perubahan nyata dalam kehidupan seseorang.
Akhir: Akhiri dengan kesimpulan yang kuat dan jelas. Misalnya, “Meskipun banyak orang percaya judi online hanya sebuah hiburan, kenyataannya data menunjukkan dampaknya jauh lebih besar, merusak kehidupan banyak keluarga.” Dengan cara ini, audiens bisa melihat hubungan antara data dan kehidupan nyata, yang membuat pesan Anda lebih berarti.
Tiga act ini sudah diterapkan oleh youtuber terkenal Ferry Irwandi yang mana bikin saya tertarik dengan storytelling. dan bahkan campaign bahaya judi online nya Ferry Irwandi bener2 merubah lanskap judi online di Indonesia. Berbekal Storytelling yang menarik, kita bisa merubah banyak hal. Banyak orang makin aware terhadap bahaya judi online. Setidaknya dibuktikan oleh Ferry Irwandi
3. Menghubungkan Data dengan Kehidupan Nyata
Data bisa terasa kurang menarik karena kadang hanya disajikan dengan angka , persentase yang kadang ga menarik untuk orang lain. Namun, ketika kita menghubungkannya dengan cerita manusia, data tersebut menjadi lebih hidup dan memiliki dampak yang lebih besar. Misalnya kita kasih tau Angka pengangguran di Indonesia naik 10% lalu kita kasih gambaran nyatanya yang mana 10% itu adlaah puluhan ribu orang tidak memiliki pekerjaan. Bayangin aja di dekat kita ada satu pengangguran saja akan berdampak setidaknya kepada anaknya, istrinya, keluarga dekatnya jadi ikut repot karena mengganggur. dengan gambaran yang detail dan dekat dengan kita angka 10% menjadi sesuatu yang real, nyata, mengerikan dan bisa dibayangkan oleh audiens dengan lebih baik. karena ini ga cuman angka, tapi angka-angka itu memengaruhi kehidupan banyak orang.
Kesimpulan
Melakukan pemaparan dengan storytelling adalah cara yang efektif untuk membuat audiens peduli dan terhubung dengan data jika audiens sudah peduli dan connect dengan pemaparan kita , tujuan kita dalam pemaparan akan lebih mudah untuk tercapai. Dengan menggabungkan cerita pribadi, visualisasi yang kuat, dan data yang relevan, kita dapat membuat pemaparan lebih menarik dan berarti. Saya rasa intinya adalah pemaparan kita harus relatable, personal, mulai dari kesimpulan lalu dari kesimpulan tersebut kita susun bagian tengah dan bagian awal.